Business

Menembus Gelapnya Malam Dari Kutacane ke Blangkejeren

By | 14:36 Leave a Comment
Perjalanan kali ini diluar dugaan yang kami bayangkan. Sore hari kami sampai di ibukota kabupaten Aceh Tenggara. Kutacane setelah 6 jam lebih perjalanan dari kota Subulussalam. Sepanjang perjalanan yang melewati wilayah sumatera Utara tersebut kami tidak bisa menemukan rumah makan muslim. Mau dikata apa, terpaksa kami menahan lapar sampai ke Kutacane.

Kami singgah di Warung kopi di salah satu sudut Kota Kutacane untuk istirahat dan juga mengisi perut yang sudah kosong. Jam menunjukkan Pukul 6 sore kurang 10 menit. Kami harus segera bergegas karena tidak berencana menginap di Kutacane malam ini, kami harus sampai malam ini di Blang kejren, seorang kawan telah menunggu disana.
Menembus Gelapnya Malam Dari Kutacane ke Blangkejeren

Matahari sudah hilang sinarnya tanda malam akan tiba tidak lama lagi. Kami segera memacu motor melintas dijalan menuju ke Dataran Tinggi Gayo. Penulis sendiri sudah berulang kali ke Dataran Tinggi Gayo, namun hanya sebatas Kota Takengon dan Bener Meriah, belum sampai ke wilayah Gayo Lues.

Secara pribadi penulis sangat takjub dengan alam Tanoh Alas, bentangan alam yang hijau dengan aliran sungai Alas yang memberikan panorama tersendiri. Waktu tak mengijinkan kami untuk sekedar saja melihat-lihat dan mengambil gambar di aliran sungai Alas. Penulis suatu saat nanti akan kembali ke Tanoh Alas yang dikenal dengan Bumi Segenap Sepakat.

Malam mulai menemani perjalanan kami ketika mulai memasuki wilayah hutan. Kami tidak tahu pasti hutan apa yang kami lalui saat itu. Yang pasti kami merasakan saat sepi jalanan karena hanya kami saja yang dijalan. Padahal saat itu baru pukul 7 malam. Baru saja siap magrib. Kami tidak tahu keadaan di daerah sini seperti yang kami rasakan saat ini karena kami belum pernah sekalipun ke Kabupaten Aceh Tenggara.

Penulis menebak hutan yang sedang dilalui adalah kawasan Hutan Leuser yang disebut sebagai paru-paru dunia. Jalanan yang sepi dikelilingi oleh hutan yang tidak kami bisa lihat dengan jelas karena kegelapan malam. Udara -dingin menambah adrenalin kami memacu sepeda motor masing-masing. Jalanan yang mendaki dan menurun membuat kami kewalahan ditambah lagi dengan jarak pandang yang pendek sehingga kami harus sangat berhati. Jalanannya agak licin dan sepertinya baru saja di guyur hujan. Alhamdulillah kami tidak ditimpa hujan.

Pada saat jalan mendaki, kami merasakan satu tidak ada habisnya dalam mendaki, tidak sampai juga ke puncaknya. Akhirnya setelah agak lama, kami sampai pula di puncak. Benar-benar jalanan yang tinggi puncaknya penulis rasa. Kami melihat beberapa orang sedang duduk di kedai-kedai kecil di pinggir jalan dengan menggunakan Lilin sebagai penerangan. Kami tidak berhenti dan terus melanjutkan perjalanan. Kami mulai menuruni jalanan yang kemiringannya luar biasa dan adrenalin kami mulai dipacu kembali....
Bersambung....................................

Oleh: Isvani

Newer Post Older Post Home

0 comments: